Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net
Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net
Add to Technorati Favorites

Masukan Email Anda Untuk Berlanggan Update Berita Terbaru

Delivered by FeedBurner

Komentar Terbaru

Powered by Blogger.

ShoutMix chat widget
"Wellcome" to Indobatt-community
My Profil
Nama:Lutfieadi
Satuan:Korpaskhas
TNI-AU
Email:
Cakrageneration
@yahoo.com
Thank's For
All My Best
Friend's
GARUDA XXIII/B
UNIFIL 08-09
Salju abadi
Lebanon
Thank's of all
GOOD LUCK

Join My Community at MyBloglog!
Saturday 22 November 2008

Sayap Buatan untuk Pasukan Khusus

Akurat, kedap suara dan tersembunyi.
Terbetik berita, bahwa sayap keras yang memiliki fungsi tersembunyi ini khusus dikembangkan oleh perusahaan ESG Jerman untuk pasukan khusus. Sayap yang diciptakan ini mirip dengan sepasang sayap pesawat selebar 6 kaki, dapat memungkinkan penerjun meluncur atau terbang dengan kecepatann maksimum 120 mil/jam, dan dapat mengangkut peralatan seberat 200 pon.

Produsen sayap buatan ini menyebutkan, bahwa sayap ESG memiliki kemampuan “100 % kedap suara”, “sangat sulit” dilacak oleh radar. Dan menurut penuturan ESG, bahwa pada pengembangan berikutnya sayap itu akan “dipasang suatu alat turbojet kecil”, dengan maksud lebih memperluas jangkauan geraknya.

Seorang pelopor terjun bebas asal Austria pernah mendemonstrasikan teknik yang menakjubkan ini. Dia terjun dari atas pesawat pada ketinggian 3000 mil di angkasa, dan 12 menit kemudian mendarat dengan selamat di dekat kota pelabuhan utara Perancis.

Ketika itu dia mengenakan setelan kinetik udara, memikul dan menambatkan sebuah sayap selebar 6 kaki, dia terbang melintasi laut dengan kecepatan 220 mil/jam, dan setiap maju 6 kaki di angkasa dia meluncur turun 1 kaki secara vertical. Saat berjarak di ketinggian 1000 kaki dari permukaan bumi, dia membuka parasutnya dan mendarat dengan selamat.

Pasukan khusus semakin kuat
Kini, para ilmuwan menyadari sayap kontak ini memiliki “potensi yang penting” dalam melaksanakan misi rahasia militer. Saat ini, pasukan khusus seperti angkatan udara kerajaan Inggris (SAS) masih mengandalkan berbagai macam teknik terjun payung, yaitu saat mendarat di posisi belakang musuh mungkin harus menerjunkan pasukannya melalui helikopter.

Dengan penggunaan sayap buatan ini, pasukan khusus yang memakai “sayap kontak” model ikat ini bisa diterjunkan ke daerah belakang musuh dengan lebih mudah. Sayap tunggal yang berserat karbon ringan ini dapat menerjunkan pasukan khusus dari ketinggian, meluncur dengan kecepatan 120 mil/jam, dapat mendarat dengan aman dalam keadaan nyaris tidak akan diketahui musuh.

Dengan bantuan persediaan oksigen, alat stabilisasi dan navigasi, pasukan khusus yang memakai sayap tetap ini dapat terjun ke daerah yang agak jauh dari garis musuh atau terjun dari atas sebuah pesawat angkut dari atas. Lagipula, pesawat bisa terbang mengikuti jalur penerbangan niaga, bisa terhindar dari pengamatan atau dicurigai musuh. Karena pesawat dapat terbang di luar jarak target musuh, sehingga dengan demikian, pasukan-pasukan khusus yang memakai “sayap kontak” yang didrop atau diterjunkan ini sangat aman.

Sejarah Paskhas

Sejarah Paskhas sebagai pasukan payung pertama hampir setua Republik Indonesia ini. Operasi penyusupan lewat udara oleh 14 paratroops pada 17 Oktober 1947 di Kotawaringin, Kalimantan, ditandai sebagai hari keramat kelahiran Paskhas.

Di awal usia TNI AU (lahir 9 April 1946), pasukan payung ini disebut Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP). April 1952, kekuatan AURI diperkuat dengan dibentuk lagi Pasukan Gerak Tjepat (PGT).

Hingga pada tahun tersebut, pasukan TNI AU terdiri dari PPP, PGT dan PSU (Penangkis Serangan Udara). Lebih lanjut pada 15 Oktober 1962, dibetuk Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOPPAU) yang membawahi resimen PPP dan PGT. Pergantian KOPPAU menjadi Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Tjepat) disahkan pada 17 Mei 1966. Saat itu kekuatan Kopasgat mencapai tiga resimen (Bandung, Jakarta, Surabaya). Adapun perubahan menjadi Pusat Pasukan Khas disahkan pada 11 Maret 1985 sebelum akhirnya menjadi Korpaskhasau lewat Surat Keputusan Panglima ABRI tertanggal 7 Juli 1997.

Paskhas saat ini berkekuatan 3.000 personel. Terbatasnya dukungan dana dari pemerintah memang jadi kendala untuk memodernisasi Paskhas. Dari segi persenjataan saja, prajurit Paskhas hanya mengandalkan persenjataam macam senapan serbu SS-1 dan senapan mesin ringan Scorpion sebagai perlengkapan unit anti teroris Detasemen Bravo.
Namun begitu, rencana mengembangkan Paskhas menjadi 10 Skadron dengan jumlah personel dua kali lipat dari sekarang, tetap menjadi 'energi' bagi Paskhas untuk terus membenahi diri. Setidaknya sampai saat ini, pola penempatan Paskhas masih mengikuti pola penggelaran alutsista TNI AU, dalam hal ini pesawat terbang. Dengan kata lain, di mana ada skadron udara, di situ (idealnya) mesti ada skadron Paskhas sebagai unit pengamanan pangkalan.

Sosok US Navy Seal

Cerita ketrengginasan sosok yang pernah di perankan oleh Charlie Sheen di film Hollywood Navy Seal(1990), dari sinilah awalnya.
Mulanya pelatihan dibuka untuk semua personel aktif. mulai dari yang berdinas di fleet, service school dan boot camp. Lolos dari serangan pertama, siswa digiring ke tahap pra kondisi dan indoktrinasi total 2 minggu. selanjutnya pemusatan latihan dilakukan di BUD/S, yang terdiri dari 3 fase.

Fase pertama basic conditioning. Dalam pendidikan selama 8 minggu ini, materi utama adalah pembinaan fisik dan mental. seperti lari tiap akhir minggu dengan sepatu boot sejauh empat mil, lari halang rintang, dan renang laut 2 mil. Perahu kecil yang jadi kendaraan air pasukan yang pernah mendapat Men with gree face dalam perang Vietnam ini.

Empat minggu pertama ini baru permulaan. mereka sesungguhnya disiapkan memasuki minggu kelima alias Hell week. Fisik dan mental mereka dibantai, jam tidur tak lebih dari empat jam, apa tjuannya? Hanya membuktikan bahwa manusia mampu melakukan 10 kali lebih banyak pekerjaan dari yang mereka pikirkan. Jika tak sanggup silahkan pukul lonceng. Namun untuk tujuan akhir adalah team work.

Menginjak fase kedua, diving. Fase ini ditempatkan di combat SCUBA (Self Contained Underwater Breathing Apparatus) Ada dua tipe scuba : sirkuit terbuka (Compressed air) dan sirkuit tertutup (100 persen oksigen). Pelatihan 7 minggu ini ditujukan untuk memperkenalkan kemampuan pertempuran bawah air (Combat diver) yang jadi andalan SEAL.

Tahapan berakhir pada fase terakhir dengan materi land warface. Materi berkisar pada demolition. reconnaissence serta weapon and tactics. Tekanan fisik semakin berat dan pencapaian minimum ditekankan untuk lari, renang dan halang rintang. Konsentrasi diberikan untuk mempelajari navigasi darat, taktis unit kecil, rappelling, kendaraan militer dan peledakan bawah air, serta latihan pemakaian senjata.
Fase ini ditutup dipulau San Clement, California. Ditempat ini, latihan lebih diarahkan mendekati kenyataan dan kesempatan siswa mempraktekan teori yang sudah diterimanya selama 15 minggu.

Penderitaan belum berakhir bagi siswa. Tiga minggu berikutnya mereka dikirim ke Army Airbone School di Fort Benning, Georgia. Apalagi kalau bukan mendalami dasar-dasar terjun payung militer. Personel yang dinyatakan lulus, meneruskan ke Special Operation Technicians Training di NSCW.
Tak melulu dar der dor, mereka juga diikutkan pelatihan kesehatan khusus selam.Ditotal dengan lain-lainnya, ada 30 minggu pelatihan diberikan kepada calon anggota SEAL.

Setelah diterima dan melewati masa percobaan enam bulan, personel yang diterima dianugerahi SEAL NEC (Naval Enlisted Classification) Code dan lencana Naval Special Warfare. Personel baru ini masih harus melewati 2-3 tahun di SDV (SEAL Delivery Vehicle) atau SEAL Team. tahap selanjutnya mereka masih mengikuti pelatihan tambahan, hingga merampungkan penugasan 5 tahun didarat.

Kursus tingkat lanjut bisa berupa sniper, supervisor selam, latihan bahasa, dan komunikasi taktis SEAL. Dengan tugas berat menghadang dimata, betulkah mereka mendapat tunjangan yang menggiurkan ? silahkan hitung sendiri tunjangan yang mereka terima perbulan : tunjangan selam $175, tunjangan SDV $200, tunjangan HALO $165, dan tunjangan tugas khusus $110 total mereka terima diluar gaji $650

Detasemen Jala Mengkara

Pada tahap pertama, direkrut 70 personel dari Intai Amfibi (Taifib) dan Pasukan Katak (Paska). Komando dan pengendalian pembinaan di bawah Panglima Armada Barat dengan asistensi Komandan Korps Marinir. KSAL bertindak selaku pengendali operasional. Markas ditetapkan di Mako Armabar.

Melihat perkembangan dan kebutuhan satuan khusus ini, KSAL menyurati Panglima TNI yang isinya berkisar keinginan membentuk Detasemen Jala Mangkara. Panglima ABRI menyetujui dan sejak itu (13-11-1984), Denjaka menjadi satuan Antiteror Aspek Laut.

Merunut keputusan KSAL, Denjaka adalah komando pelaksana Kormar yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan kemampuan dan kekuatan dalam rangka melaksanakan operasi antiteror, antisabotase, dan klandesten aspek laut atas perintah Panglima TNI.

Pola rekrutmen Denjaka dimulai sejak pendidikan para dan komando. Selangkah sebelum masuk ke Denjaka, prajurit terpilih mesti sudah berkualifikasi Intai Amfibi. Dalam menjalankan aksinya, satuan khusus ini dapat digerakkan menuju sasaran baik lewat permukaan/bawah laut maupun lewat udara. TNI AL masih memiliki satu pasukan khusus lagi, yaitu Komando Pasukan Katak (Kopaska). Kedua satuan pernah beberapa kali melakukan latihan gabungan dengan US Navy SEAL.

Sekilas Tentang Marinir

Kormar berperan aktif dalam berbagai operasi militer di Indonesia. Salah satu operasi amfibi militer terbesar yang pernah terjadi adalah Operasi Jayawijaya, yakni operasi pendaratan puluhan ribu pasukan TNI di Irian Barat dalam Operasi Trikora awal dasawarsa 1960-an.

Pada tahun 1999 muncul rencana untuk memekarkan Kormar dari jumlahnya yang sekitar 13.000 personel sekarang. Menurut rencana ini, tiap markas Kormar akan memiliki tiga brigade tempur, yaitu Brigade Infanteri, Brigade Kavaleri, dan Brigade Artileri, dengan dibantu oleh satu resimen Bantuan Tempur dan satu resimen Bantuan Administrasi. Markas Kormar akan ditambah satu sehingga menjadi tiga lokasi: Surabaya untuk bagian Timur, Jakarta untuk bagian Tengah, dan Pulau Rate di Lampung untuk bagian Barat. Pemekaran ini akan menambah jumlah pasukan Kormar menjadi 23.000 personel.

Batalyon intai amfibi

Yontaifib adalah satuan elite dalam Korps Marinir, seperti halnya Kopassus dalam jajaran TNI-AD. Di masa lalu satuan ini dikenal dengan nama Kipam (Komando Intai Para Amfibi). Bagi prajurit marinir biasa, bila ingin memperoleh kualifikasi (brevet) intai amfibi, tentu harus lolos seleksi lebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan mengikuti program latihan tambahan selama sembilan bulan, yang kurikulumnya jauh lebih berat. Brevet intai amfibi kira-kira sama kelasnya dengan brevet Komando dalam Kopassus.

Untuk menjadi anggota Yontaifib, calon diseleksi dari prajurit marinir yang memenuhi persyaratan mental, fisik, kesehatan, dan telah berdinas aktif minimal dua tahun.


Bukti beratnya memperoleh kualifikasi intai amfibi, bisa dilihat dari pengalaman selama ini, bahwa tingkat keberhasilan calon anggota memperoleh brevet intai amfibi hanyalah sepuluh persen.
Artinya, dari 500 siswa yang mengikuti pelatihan, paling hanya sekitar 50 siswa yang lulus, dan berhak memperoleh brevet intai amfibi.

Salah satu program latihan yang mendebarkan bagi siswa pendidikan intai amfibi, adalah berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat, sejauh 3 km. Karena kedua tangan dan kaki terikat, maka cara berenangnya mengikuti gaya lumba-lumba. Renang gaya lumba-lumba ini sebagai antisipasi, bila suatu saat anggota ditawan musuh.

Kemampuan renang gaya lumba-lumba dapat digunakan sebagai salah satu cara meloloskan diri. Ide pelatihan ini berasal dari pengalaman pasukan elite Amerika (SEAL), yang ditawan pihak lawan saat Perang Vietnam dulu, namun tetap bisa meloloskan diri, dengan berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat.

Seputar Kostrad

Kostrad yang berkekuatan sekitar 25.000 pasukan mensupervisi kesiapan operasional semua komando dan melaksanakan operasi pertahanan dan keamanan nasional berdasarkan perintah dari panglima ABRI. Kostrad lahir ketika Indonesia sedang dalam perjuangan membebaskan Irian Barat di tahun 1960. Kostrad secara resmi berdiri pada tanggal 6 Maret 1961.


Pada mulanya Kostrad dikenal sebagai Korps Cadangan Angkatan Darat, namun berubah menjadi Kostrad pada tahun 1963.

Tentara berbaret hijau ini tidak pernah absen dalam berbagai operasi militer, seperti penumpasan G30S/PKI, Trisula, PGRS di Sarawak, PARAKU di Kalimantan Utara, dan Operasi Seroja di Timor Timur

Prajurit Kostrad juga telah berkecimpung di level internasional dengan pengiriman pasukan Garuda di Mesir (1973-1978) dan Vietnam (1973-1975), dan bergabung dengan pasukan perdamaian PBB dalam era perang Iran-Iraq sekitar tahun 1989 dan 1990.


Pada tahun 1984 Panglima Kostrad bertanggung jawab kepada Panglima ABRI mengenai pelaksanaan operasi tempur, atau operasi Hankam. Saat ini, Kostrad memiliki antara 35.000 hingga 40.000 pasukan dalam dua divisi infanteri: Divisi I berpusat di Cilodong, Jawa Barat, dan Divisi II berpusat di Malang, Jawa Timur. Setiap divisi memiliki beberapa brigade lintas udara dan infanteri. Disamping itu, Kostrad sendiri memiliki brigade linta udara yang terpisah, satu brigade kavaleri, dua resimen artileri, dan beberapa unit bantuan tempur.

Peleton intai tempur

Peleton Intai Tempur (Tontaipur) merupakan satuan elite Kostrad terbaru, diresmikan pada tanggal 4 Agustus 2001. Setelah latihan secara intensif selama lima bulan, 97 pasukan yang diseleksi dari Brigade Infantri 9 dan Brigade Infantri 13 Kostrad menjadi prajurit-prajurit pertama satuan elite ini.

Sesuai kualifikasinya, Tontaipur akan diterjunkan untuk misi pengintaian jarak jauh ke wilayah musuh dan melakukan penghancuran terhadap sasaran-sasaran penting.



Diantara perlengkapan yang dibawa, mereka akan dibekali senapan serbu khusus berikut teropong bidik malam (NVG, night vision goggle). Tiap personel Tontaipur ini memiliki kemampuan operasi sekaligus di tiga matra, yakni di darat, laut, dan udara.
Uji coba pertama bagi Tontaipur adalah operasi penumpasan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Pasukan Pengaman Presiden / PASPAMPRES

Hari lahir Paspampres didasari dari peristiwa penyelamatan Presiden Sukarno, Bung Hatta, Bung Syahrir beserta beberapa menteri dan pejabat dari Jakarta ke Yogyakarta pada tanggal 3 Januari 1946. Pengungsian ini didasari atas pertimbangan terancamnya keselamatan presiden/wakil presiden dari intimidasi tentara Sekutu di Jakarta.

Proses penyelamatannya sendiri dilakukan menggunakan kereta api luar biasa (KLB). Saat ini tim operasional pengamanan VVIP Paspampres terdiri dari tiga grup: A, B, dan C. Grup A dan B merupakan pengamanan presiden dan wakil presiden. Sementara Grup C, bertugas mengamankan tamu-tamu negara setingkat kepala negara dalam kunjungannya ke Indonesia. Setidaknya saat ini organisasi Paspampres diawaki sekitar 2.500 personel.

Mengenal kopasus

komando Pasukan Khusus (Kopassus), dulunya Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopasandha), dilatih untuk mengumpulkan data intelijen, berbagai teknik operasi khusus, sabotasi, dan pendaratan lewat udara dan air. Didirikan pada tanggal 16 April 1952, Kopassus dirombak dan dikecilkan jumlahnya di tahun 1985, dan pada tahun 1992 kekuatan Kopassus hanya berjumlah 2.500 orang. Mereka, yang dapat dengan mudah dikenali karena baret merahnya, dibagi dalam dua grup operasi dan satu grup pelatihan.


Pada tahun-tahun akhir di dasawarsa 1990 Kopassus kembali menambah jumlah anggotanya menjadi 6.000 orang.

Dengan bermarkas besar di Cijantung, Jakarta Timur, Kopassus berkembang menjadi lima grup.


Dimana Group IV secara khusus menangani operasi intelijen bersama dengan Satuan Gabungan Intelijen (SGI) Kopassus.

Sekitar tahun 2001, Kopassus merampingkan organisasinya menjadi 5.000 personel dengan pembagian sebagai berikut:

*
Group 1 Para Komando (Taktakan, Serang, Banten) - 3 batalyon
*
Group 2 Para Komando (Kandang Menjangan, Kartasura, Solo) - 3 batalyon
*
Group 3 Sandi Yudha / Intelijen (Cijantung, Jakarta)
*
(1) Batalyon Parako (terpisah) (Semplak, Bogor)
*
(1) Detasemen Markas Komando (Cijantung, Jakarta)
*
(1) Sat-81/Gultor(Cijantung, Jakarta)
*
Pusat Pendidikan Pasukan Khusus / Pusdikpassus (Batujajar, Bandung)

Kopassus adalah kekuatan elite yang selalu mengutamakan jumlahnya yang sedikit dan kemampuannya untuk melakukan penyerangan secara cepat. Mereka telah terjun dalam berbagai operasi militer di wilayah Indonesia yang keamanannya sedang tidak terjamin. Unit Kopassus terlibat dalam operasi pembebasan sandera dalam pesawat Garuda Airline Woyla pada tahun 1981. Beberapa anggota Kopassus juga telah mendaki puncak Gunung Everest di tahun 1997.
Friday 21 November 2008

18 PETERJUN PASUKAN KHUSUS RAMAIKAN HUT MARINIR


Delapan belas peterjun dari Pasukan Khusus TNI/ TNI AL yakni 6 peterjun dari satuan Detasemen Jalamangkara (Denjaka), 6 peterjun dari Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL dan 6 peterjun dari Batalyon Intai Amfibi (Taifib) Korps Marinir, ikut meramaikan perayaan HUT ke-63 Korps Marinir yang digelar di Markas Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (18/11).


Aksi para peterjun andal dari 3 satuan yang berbeda tersebut mendapat sambutan yang cukup hangat dari para undangan yang hadir dalam acara peringatan hari jadi Korps Marinir yang saat itu dipimpin langsung oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, S.H. Usai acara parade pasukan, bersamaan dengan pasukan upacara meninggalkan lapangan, seluruh peterjun yang diangkut pesawat TNI AL jenis Cassa CN 212 satu per satu berhasil “Happy Landing” di “Landing Zone” yang berada di depan mimbar undangan. Selanjutnya dengan sigap mereka merapikan parasutnya masing-masing untuk kemudian berkumpul membentuk satu barisan sebelum akhirnya meninggalkan lapangan upacara diiringi aplaus meriah dari tamu undangan.

Aksi para peterjun dalam sebuah acara peringatan HUT Korps Marinir memang bukanlah sesuatu yang luar biasa. Namun yang unik dalam acara peringatan HUT ke-63 Korps Marinir tahun ini adalah pelibatan peterjun-peterjun andal dari luar satuan Korps Marinir yakni Kopaska TNI AL. Inilah bentuk kerjasama satuan yang hendaknya ditingkatkan di masa yang akan datang.

PEMANTAPAN KESIAPAN YONIF 700/RAIDER


Pangdam VII/Wrb diwakili Kasdam VII/Wrb Brigjen TNI Wibowo S.Ip membuka secara resmi penyelenggaraan latihan pemeliharaan pemantapan Batalyon Infanteri 700 Raider dilapangan yonif 700 Raider, Rabu (19/11), kegiatan tersebut akan berjalan selama 14 hari diikuti oleh 747 orang prajurit, yang ditandai dengan pemeriksaan kesiapan pasukan dan pemasangan pita pada peserta.

Pangdam VII/Wrb Myjen TNI Djoko Susilo Utomo dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Kasdam VII/Wrb mengatakan sebagai satuan pemukul Kodam VII/Wrb, batalyon ini dituntut memiliki profesionalisme yang tinggi sehingga dalam mengantisipasi bentuk situasi ancaman apapun, kekuatan lawan yang dihadapi dan mampu menghancurkan dengan tehnik tempur secara khusus yang dimiliki.

Diharapkan kepada semua pelatih dan peserta agar melaksanakan latihan ini dengan penuh semangat sesuai dengan motto latihan yang dipegang selama ini yaitu Lebih baik kita mandi keringat dalam latihan dari pada mandi darah dimedan pertempuran.

Oleh Karena itu melalui latihan pemantapan ini, kualitas dan kualifikasi kemampuan yang dimiliki oleh prajurit Yonif 700/Raider yang selama ini telah terbina dan terlatih dapat ditingkatkan secara optimal.

Komandan Latihan Letkol Inf IGK Rai Gunawan, S Ip mewakili Danrindam VII/Wrb melaporkan, Yonif 700/Raider melaksanakan operasi pemulihan keamanan didaerah moncongloe kompleks, Makassar dan Pulau Balang lompo Kec. Tuppa Biring Kab. Pangkep dalam rangka mendukung operasi pemulihan keamanan satuan tugas Wirabuana, untuk meningkatkan kemampuan secara profesional bagi prajurit Yonif 700/Raider untuk menjadi prajurit handal, tangguh dan memiliki kemampuan untuk menghancurkan lawan dengan memanfaatkan unsur pendekatan.

Dikatakan, dalam latihan yang berlangsung dari tanggal 19 Nopember dan berakhir tanggal 2 Desember 2008 ini, materi yang akan dilaksanakan antara lain bidang komando pengendalian, bidang taktik yang mampu membebaskan tawanan dan menghancurkan secara optimal, Bidang tehnik para prajurit harus mampu mengatasi menguasai rintangan baik rintangan alam mapun buatan agar menghancurkan sasaran yang mempunyai tehnik sesuai daerah medan, yang nantinya mampu melaksanakan tugas dan tindakan yang benar terhadap obyek dalam operasi Militer.

LIMA PEJABAT TNI AU NAIK PANGKAT


Sebanyak lima pejabat TNI Angkatan Udara mendapat kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi yang terdiri dari dua Perwira Tinggi (Pati) dan tiga Kolonel, sesuai dengan surat Keputusan Presiden RI nomor 34 / TNI / Tahun 2008 Tanggal 9 November 2008.

Para Pati TNI AU terdiri dari Marsdya TNI Edy Harjoko Komandan Sesko TNI, Marsda TNI Irawan Supomo Pa. Sahli Tk. III Bidang Ekkudag Panglima TNI, Marsma TNI Ida Bagus Anom Manuaba Komandan Lanud Abdurachman Saleh Malang, Marsma TNI Bambang Samudro Komandan Lanud Iswahjudi Madiun, dan Marsma TNI Mochamad Barkah Dirbinjemen Sesko TNI.


Pelaporan kenaikan pangkat kepada Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso dilaksanakan bersama dengan enam belas Pati TNI AD dan sembilan Pati dari TNI AL di Mabes TNI Cilangkap, Selasa (18/11).

Pada kesempatan tersebut hadir Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, Kasau Marsekal TNI Subandrio, Wakasad Letjen TNI J Suryo Prabowo, serta para pejabat Mabes TNI, TNI AD, AL dan AU.

DUTA BESAR RI SAMBUT KONTINGEN GARUDA


Duta Besar RI Kawasan Timur Tengah Bapak Surya Bagaskara beserta staf kedutaan menyambut kedatangan 270 prajurit Kontingen Garuda (Konga), Rabu (19/11) sekitar pukul 23.00 waktu setempat di Bandara Beirut Lebanon.

Dua ratus tujuh puluh prajurit TNI Kontingen Garuda (Konga) yang merupakan sorty pertama yang terdiri dari 95 orang Konga XXVI-A, 74 orang Konga XXV-A, 11 orang Sector HQ East Staff Officers dan 90 orang Konga XXIII-C berangkat ke Lebanon menggunakan pesawat Malaysia Airlines, dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta.

Dalam sambutannya Bapak Dubes mengucapkan selamat datang dan selamat bertugas, jaga nama baik bangsa. “Pertahankan dan tingkatkan apa yang telah diperoleh oleh kontingen pendahulu.” tambahnya.

Sementara itu, perwira senior Kolonel Inf Bambang Sudiono mengucapkan terima kasih atas sambutan Duta Besar beserta staf dan berharap diwaktu yang akan datang pihak kedutaan dapat bekerja sama dengan Kontingen Garuda.

HUT KORPS MARINIR DI LANTAMAL II PADANG


Dalam rangka memperingati HUT Korps Marinir ke-63 yang jatuh pada tanggal 15 November, Lantamal II Padang melaksanakan upacara militer di lapangan Mako Yonmarhanlan II Padang dengan Irup Komandan Lantamal II Padang Laksamana Pertama TNI Syarif Husin, Selasa (18/11).

Sebagai Komandan Upacara pada peringatan HUT Korps Marinir ke-63, Kapten Mar Derianton yang sehari-hari menjabat Pasops Yonmarhanlan II, sedangkan sebagai pembaca Sapta Marga Serda Mar Sadam Husin.


Peringatan HUT Marinir ke-63 dilaksanakan bersamaan dengan peringatan ulang tahun Yonmarhanlan yang ke-1 yang jatuh pada tanggal 6 November .

Pada kesempatan tersebut prajurit Marinir Yonmarhanlan II juga melakukan kegiatan Renang Laut dan Donor Darah.

JABATAN ASPERS DANKORMAR DISERAHTERIMAKAN


Jabatan Asisten Personel Komandan Korps Marinir (Aspers Dankormar) diserahterimakan dari Kolonel Marinir Budianto kepada Kolonel Marinir R. Gatot Suprapto, Kamis (20/11) di Markas Komando Korps Marinir (Mako Kormar) Jl. Prapatan 40 Jakarta Pusat.

Dankormar Mayjen TNI (Mar) Djunaidi Djahri yang memimpin langsung acara serah terima dalam amanat tertulisnya mengatakan, di dalam struktur organisasi Korps Marinir, Aspers Dankormar berkedudukan langsung di bawah Dankormar, bertanggung jawab merumuskan dan mengembangkan kebijaksanaan Dankormar di bidang pembinaan personel militer dan pegawai negeri sipil Korps Marinir.

Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, Aspers Dankormar berada di bawah koordinasi dan pengarahan Kepala Staf Korps Marinir, dimana fungsi dan tugasnya sangat penting dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas pokok Korps Marinir. Pada bagian lain Dankormar menyampaikan rasa hormat disertai ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas segala usaha dan kerja keras serta prestasi dan dedikasi yang telah ditunjukkan pejabat lama selama mengemban jabatan sebagai Aspers Dankormar dalam memberikan kontribusi positif yang sangat bermanfaat bagi Korps Marinir.

Sedangkan kepada pejabat baru, orang nomor satu di jajaran Korps Marinir itu mengatakan selamat atas pengangkatan sebagai Aspers Dankormar. ” Selamat bekerja, laksanakan peralihan jabatan ini dengan cepat, jangan ragu dalam berbuat selama dalam koridor yang tepat, serta sebagai komunitas staf jangan lupa bahwa koordinasi adalah kunci keberhasilan di dalam setiap tugas dan pekerjaan” tambah Dankormar dalam acara yang dihadiri sejumlah pejabat teras Korps Marinir Wilayah Barat itu. Kolonel Marinir R. Gatot sebelumnya berdinas di Sahli A Wilnas Pangarmabar. Sedangkan Kolonel Marinir Budiyanto selanjutnya menempati jabatan baru sebagai Kapokmamar Gadik Kobangdikal

PANGLIMA TNI BUKA SEMINAR INDO DEFENCE DAN INDO AEROSPACE 2008


Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso pagi ini membuka secara resmi seminar sehari Indo Defence dan Indo Aerospace 2008 di Executive Club Persada Halim Perdanakusuma, Jakarta , Kamis (20/11). Seminar yang diselenggarakan oleh Air Power Centre of Indonesia (APCI) dan didukung oleh Departemen Pertahanan RI dan PT. Napindo Media Ashatama diikuti kurang lebih 160 peserta.

Latar belakang diselenggarakannya seminar sehari tentang pertahanan dan transportasi udara dalam rangkaian kegiatan Indo Defence 2008, karena belum berperannya peran industri strategis dalam mendukung sustainability bidang pertahanan menyebabkan sistem pertahanan di Indonesia bisa dikatakan masih belum kuat dan handal.

Demikian pula dengan peran transportasi udara dalam mendukung kepentingan nasional, keamanan, dan kenyamanan terbang masih banyak mengalami kendala. Dengan diselenggarakannya seminar tersebut dapat mengungkap secara tuntas kedua permasalahan nasional tersebut.

Seminar yang bertemakan ”Harnessing Defence Techology Capabilities and Improving the Role of Current National Air Transportation” akan digunakan untuk dapat menggali, membahas, dan mengupayakan kemampuan Ketahanan Nasional kita dimasa depan dan sekaligus dimanfaatkan untuk membahas peran penerbangan nasional yang selama ini dinilai kurang menampilkan peran yang diharapkan.

Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso dalam sambutannya mengatakan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pesatnya kemajuan teknik informatika, telah memungkinkan negara-negara maju melebarkan pengaruhnya ke berbagai penjuru dunia tanpa batas. Kemajuan teknologi, juga telah mendorong pesatnya kecanggihan persenjataan, yang jika tidak terkendali dengan baik kemungkinan akan membahayakan kehidupan umat manusia.

Lebih lanjut dikatakan, sebagai anggota masyarakat global dan bagian dari masyarakat regional, Indonesia tidak mungkin terhindar dari pengaruh kemajuan teknologi tersebut. Untuk itu, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah RI bekerja sama dengan berbagai industri strategis seperti PT. Pindad, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, dan lembaga-lembaga lainnya baik dalam maupun luar negeri guna mencapai tingkat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, utamanya dalam bidang teknologi persenjataan darat, laut dan udara.

Kendala yang dihadapi dan telah menjadi rahasia umum, adalah terbatasnya anggaran dan keterbatasan sumber daya manusia. ”Oleh karena itu, gagasan pelaksanaan seminar sehari yang mengangkat tema ”Pertahanan dan Isu Angkutan Udara Nasional” yang diangkat oleh panitia Indo Defence dan Indo Aerospace 2008 merupakan langkah antisipatif guna menjawab kendala tersebut,” lanjutnya.

Dikatakan, isu pertahanan bukanlah semata-mata tanggung jawab Departemen Pertahanan RI ataupun TNI. Pertahanan merupakan domain seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, kita semua memiliki tanggung jawab untuk secara bersama, bekerja keras bahu membahu menciptakan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan sustainability industri-industri strategis dalam negeri yang bertaraf internasional, sehingga memiliki daya saing dan daya tawar dalam menghadapi kemungkinan timbulnya ancaman dari luar, yang membahayakan kedaulatan wilayah NKRI.

Dengan seminar ini, Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso berharap para pakar, analis pertahanan dan penerbangan atau kedirgantaraan serta pembuat kebijakan pertahanan, akan memberikan hasil konkret terhadap perwujudan visi sustainability dibidang pertahanan dan sekaligus memberikan warna tersendiri, pada rintisan terwujudnya industri strategis nasional bertaraf internasional, sehingga akan bertahan kuat mampu mendukung kebutuhan TNI serta berkiprah di pasar regional dan internasional.

”Tidak ada satu negarapun yang mampu hidup sendiri. Dibutuhkan saling ketergantungan antara satu negara dengan negara lainnya. Namun dengan kemampuan industri strategis nasional yang handal dan mampu diandalkan memenuhi kebutuhan persenjataan dalam negeri, khususnya kebutuhan Alutsista TNI, kita tidak akan terlalu bergantung kepada negara-negara maju dalam pasukan senjata,” kata Panglima TNI.

Pembukaan seminar Indo Defence dan Indo Aerospace 2008 dihadiri antara lain, Menhan RI Bapak Juwono Sudarsono, Menhub RI Bapak Jusman Syafei, Ketua Umum APCI Marsekal TNI (Purn) Saleh Basarah, Ketua Panitia Seminar Marsda TNI (Purn) Koesnadi Kardi, para pejabat militer, sipil serta undangan peserta seminar.

PESAWAT TEMPUR TNI AU MERIAHKAN INDO DEFENCE 2008

Pesawat tempur TNI Angkatan Udara jenis F-16 Fighting Falcon, F-5 E Tiger Pangkalan TNI AU Iswahyudi Madiun dan K-1 B Woong Bee jenis pesawat latih dari Lanud Adisucipto Yogyakarta ikut serta memeriahkan Indo Defence 2008 yang berlangsung selama empat hari dari tanggal 19 sampai 22 Nopember 2008 di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta.

Pesawat F-16 dari Skadron Udara 3 Madiun diawaki oleh masing-masing Letkol Pnb Fajar, Mayor Pnb Firman dan Lettu Pnb Bambang, sedangkan F-5 Tiger skadron 14 adalah Mayor Pnb Nurdin, Kapten Pnb Farel, Kapten Pnb Marsel dan Kapten Pnb Romi dan K-1 B Woong Bee dari Skadron pendidikan Sekbang diawaki oleh Letkol Pnb Basuki Rahmat dan Mayor Pnb Rochmat Sinaga.


Masing-masing burung besi ini melakukan Flay Pass setiap hari dengan terbang formasi diatas para penonton yang berada di area apron Bandara Halim Perdanakusuma. dengan suara menggelegar memukau perhatian para pengunjung usai Indo defence yang di buka oleh Wakil Presiden RI Yusuf Kala. Flay Pass ini akan berlangsung selama pameran dibuka.

Indo defence tersebut di meriahkan diwakili oleh 37 negara, diantaranya Rusia Korea, Australia, Singapore dan negara-negara lainnya dengan menampilkan prodak-prodak pertahanan negara.

Monday 17 November 2008

OPERASI,SEJARAH DAN ORGANISASI PASKHAS

Setelah berubah status menjadi Kotamabin berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara No. SKEP/73/III/1999 tanggal 24 Maret 1999, Korpaskhas membawahi WING Paskhas (WING I, WING II, WING III), Detasemen Bravo Paskhas (Den Bravo Paskhas) dan Detasemen Kawal Protokol Paskhas (Den Walkol Paskhas). Saat ini Denwalkol berdasarkan Instruksi Kepala Staf ANgkatan Udara nomor : Ins/2/III/2008 tanggal 31 Maret 2008 telah beralih pembinaannya dari Korpaskhas kepada Denma MabesAU, sehingga efektif mulai tanggal dikeluarkan Instruksi tersebut pembinaan Kawal Protokol dibawah Denma Mabesau.

HIRARKI

Korps Pasukan Khas TNI–AU adalah satu satunya wadah berbentuk korps bagi pasukan berkualifikasi khusus di TNI–AU bahkan dalam TNI. Korpaskhasau bersanding dengan Kopassus TNI AD adalah Pasukan khusus berstatus KOMANDO resmi yang dimiliki oleh TNI. Hal ini karena 2 organisasi pasukan khusus ini bersifat (KOTAMA) BERDIRI SENDIRI dengan pelatihan dan kemampuan serang yang sangat lethal secara individual. Paskhas lahir sebagai pasukan komando sejak masa kelahirannya. Mereka diterjunkan dengan unit kecil di belakang garis pertahanan lawan dan langsung menusuk jantung pertahanan musuh. Maka itulah para personel pasukan payung AURI ini dididik dengan metode komando yang diadopsi dari SAS Inggris (melalui pendidikan di Pusdik RPKAD). Metode pendidikan komando “ala baret merah” mulai dilakukan di Wing III Diklat sejak Paskhas masih bernama KOPPAU. Korpaskhasau memakai sebutan “Pasukan” untuk jargon korps nya. Disingkat (Psk).

Struktur pasukan

1. Wing 1/Hardha Maruta di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, membawahi :
1. Batalyon 461/Cakra Bhaskara (Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta)
2. Batalyon 462/Pulanggeni (Bandara Husein Sastranegara, Bandung)
3. Batalyon 465/Brajamusti (Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta)
4. Batalyon 467/Harda Dedali (Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta)
5. Flight A Paskhas Berdiri Sendiri di Bandara Polonia, Medan.
6. Flight B Paskhas BS di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekan Baru, Riau.
7. Flight D Paskhas BS di Bandara El Tari, Kupang.
2. Wing 2 Paskhas di Bandara Abdul Rachman Saleh, Malang, membawahi :
1. Batalyon 463 Paskhas di Bandara Iswahyudi, Madiun
2. Batalyon 464/Nanggala Paskhas di Bandara Abdul Rachman Saleh, Malang[4]
3. Batalyon 466 Paskhas di Bandara Hasanuddin, Makasar
4. Flight E Paskhas BS Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta
5. Flight F Paskhas BS (Bandara Manuhua, Biak) .
3. Wing 3 Paskhas / Pendidikan dan Latihan di Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung.
4. Den Bravo-90 Paskhas di Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung.
5. Den Walkol Paskhas di Bandara Halim Perdanakusuma, JakartaBerdasarkan Instruksi Kasau Nomor : ins/ 2 / III / 2008 status Detasemen Kawal dan Protokol pembinaannya dialihkan dari Korpaskhas ke Denma Mabes AU.[3]

Sesuai Peraturan Kasau /53/VIII/2008 tertanggal 13 Agustus 2008 tentang Penyempurnaan Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur Korps Paskhas TNI AU, maka penyebutan "skadron" diubah menjadi "batalyon".

Untuk pengembangan organisasi kedepan saat ini tengah diusulkan ke Mabes TNI-AU untuk pembentukan Wing III Paskhas di Makassar, Sulawesi Selatan untuk meng-cover wilayah timur Indonesia. Selain itu direncanakan pula penambahan 3 skadron (batalyon) baru Paskhas yaitu Skadron 468 di Medan, Skadron 469 di Biak, Papua dan satu Skadron lagi di Yogyakarta atau Kupang sehingga nantinya Paskhas akan memiliki 10 Skadron pasukan

Kekuatan pasukan

Paskhas saat ini berkekuatan 5.732 personel. Dalam beberapa waktu kedepan direncanakan Paskhas TNI-AU akan mendapatkan 40 buah panser buatan Pindad sebagai cikal bakal Batalyon Kavaleri Paskhas. Namun rencana ini tengah mengalami negoisasi ulang dikarenakan ranpur sejenis Panser dinilai tidak cocok dengan karakteristik tugas dari Paskhas. Jika rencana re-negoisasi ini disetujui maka Paskhas berniat mendatangkan kendaraan taktis sejenis Dirgantara Military Vehicle (DMV) buatan PT DI yang kini telah dipakai oleh pasukan elit Paskhas Detasemen Bravo-90

Korps Baret Jingga ini telah diperkuat dengan kedatangan 400 rudal panggul permukaan ke udara QW (QianWei)-3. Rudal QW-3 dilengkapi penjejak semi-active laser guidance, cocok untuk menggasak pesawat tempur maupun rudal lain dalam ketinggian rendah sampai dengan jarak 8 km. Memiliki bobot 13 kg dan kecepatan maksimum 750 km/jam. Senjata ini dipergunakan untuk menggantikan Triple gun bikinan Hispano Suiza (Switzerland) tahun 1950-an dan DSHK 12,7 mm

Paskhas juga tengah berupaya mendatangkan 8 baterai PSU jarak pendek berupa Oerlikon kaliber 35 mm untuk Hanud titik yang sudah terintegrasi antara rudal, meriam, radar, pos komando taktis, dan komputer. Senjata ini sudah menggunakan teknologi tercanggih dan telah digunakan oleh banyak negara Eropa. Menurut rencana, senjata PSU ini akan ditempatkan di Lanud-lanud Utama TNI-AU. Salah satu kelebihan utama lainnya untuk PSU Oerlikon kaliber 35 mm ini adalah kemampuannya untuk dapat dibawa dengan pesawat Hercules agar lebih mobile dalam pengoperasionalannya.

Paskhas kini mengupayakan untuk mengganti senjata perorangan SS – 1 yang kabarnya akan digantikan SiG-552 ataupun SS-2. Jujur saja, senjata SS-1 buatan Pindad memang sudah tidak layak pakai. Sering macet dengan bekas las di sana – sini.

Komandan

Saat ini, Komandan Korpaskhas (Dankorpaskhas) adalah Marsekal Pertama TNI Harry Budiono. Beliau lahir di ngawi jawa timur, 12 oktober 1953, mengawali karier militer setelah dilantik Presiden RI sebagai letnan dua pada tahun 1978. Selanjutnya penempatan pertama sebagai komandan pleton, Komandan Lanud Morotai, Komandan Skadron Paskhas 462 Lanud Sulaiman, Asintel Korpaskhas, Inspektur Korpaskhas (Ir), Wadan Korpaskhas. Selanjutnya pada tanggal 26 Juni 2008 diangkat menjadi Komandan Korps Pasukan Khas (Dankorpaskhas) sampai sekarang.[5]


Operasi militer dan sipil

Operasi militer dalam negeri

Prajurit-prajurit korpaskhas telah banyak terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti Agresi Militer I dan II, operasi militer PRRI di Riau, operasi menumpas PERMESTA di Sulawesi Utara, operasi TRIKORA untuk membebaskan Irian Barat, operasi DWIKORA, operasi penumpasan 30 S/PKI, operasi penumpasan PGRS / PARAKU di Kalimantan dan operasi Timor-Timur serta operasi militer lainnya.


Penumpasan RMS, DI/TII dan PRRI/PERMESTA

Ketika terjadi beberapa pemberontakan di bumi Pertiwi ini PGT antara lain ditugaskan pula untuk menumpas pemberontakan DI/TII di wilayah Jawa Barat. PGT melakukan pengejaran di wilayah-wilayah diantaranya Tangkuban Perahu, Pegunungan Galunggung, Pegunungan Guntur dan Pegunungan Tampomas. Selain itu PGT juga ikut melaksanakan penumpasan DI/TII di Sulawesi Selatan dengan melakukan penerjunan yang dipimpin langsung oleh Letkol (U) RA Wiriadinata Saat penumpasan RMS, PGT mengerahkan 1 kompi pasukannya antara lain di Kendari dan Pulau Buru, Maluku.

Pada peristiwa PRRI di Sumatera, satu batalion PGT bersama 1 kompi RPKAD melakukan penerjunan untuk pertama kali pada 12 Maret 1958 di Pangkalan Udara Simpang Tiga, Pekanbaru. Empat hari berselang pada 16 Maret 1958, PGT bersama RPKAD dan Batalion 332 Siliwangi kembali melakukan penerjunan di Medan.

Ketika operasi 17 Agustus di Sumatera Barat, PGT mendapat tugas untuk merebut Lanud Tabing di Padang. Untuk mengawali operasi ini, delapan personil PGT dipimpin Letkol (U) RA Wiriadinata ditugaskan melakukan operasi khusus. Tim kecil PGT ini mendapat tugas menentukan titik penerjunan yang paling aman bagi pasukan TNI. Pendaratan open sea ini, terbilang berbahaya. Ombak besar menyulitkan pendaratan. Akibatnya, saat regu PGT mendarat dengan motor-tempel kecil di pantai, perahunya pecah. Sampai di pantai, mereka bergerak cepat, menyusup, menentukan koordinat, dan membuat kode-kode rahasia pada DZ. Tentu tidak gampang menentukan lokasi DZ, mengingat pasukan PRRI tersebar di mana-mana.

Pada 17 April 1958 tepat pukul 06.40 satu batalyon PGT dan satu kompi RPKAD diterjunkan dan langsung mendapat perlawanan dari pasukan PRRI, akibatnya satu personil PGT gugur. Selain itu Lanud Tabing juga sudah dipenuhi oleh ranjau paku dan bambu-bambu runcing yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Pada bulan Mei 1958, satu batalyon PGT kembali diterjunkan di Mapanget, Manado saat operasi Merdeka untuk menumpas Permesta di Sulawesi Utara. Begitu gencarnya pertempuran di darat maupun dari udara, hingga sempat memancing pesawat Lockheed U-2 Dragon Lady milik AU Amerika (USAF). Pesawat ini pernah dimanfaatkan mengintai pulau Natuna yang disiapkan untuk menggempur Jakarta


Operasi Trikora

PGT AURI dalam operasi Trikora mengambil porsi terbesar jumlah pasukan yang diinfiltrasi ke Irian (Papua) Barat dengan total 532 orang.

Jumlah personil dari TNI, Polri dan relawan yang diinfiltrasikan selama Trikora adalah 1.419 personil dengan jumlah korban jiwa 216 gugur/hilang dan 296 tertangkap.

Pada tanggal 11 April 1962, saat operasi Banteng, 40 pasukan PGT dibawah pimpinan Letnan (U) Agus Hartono dan Sersan Mayor (U) Picaulima diterjunkan untuk pertama kali di Irian Barat yaitu di daerah Fak-Fak begitu juga penerjunan yang dilakukan 39 personil PGT dibawah pimpinan Letnan (U) Herwindo di Kaimana berhasil dengan baik. Sedangkan penerjunan di Merauke dipimpin oleh Letnan (U) Benyamin Matatutih.

Pada 16 Mei 1962, pasukan PGT dibawah pimpinan Letnan Muda (U) Suhadi melaksanakan penerjunan di Sausapur saat Operasi Serigala.

Salah satu kisah heroik dan bersejarah adalah peristiwa pengibaran Sang Saka Merah Putih untuk pertama kali dipancangkan di bumi Cendrawasih, Irian Barat, yang dilakukan oleh anggota PGT. Pada tanggal 19 Mei 1962, sebanyak 81 anggota PGT bertolak dari Pangkalan Udara Pattimura, Ambon, dengan pesawat Hercules yang dipiloti Mayor (U)T.Z Abidin menuju sasaran daerah penerjunan sekitar Kampung Wersar, Distrik Teminabuan. Mereka diterjunkan tepat diatas markas tentara Belanda. Kisah heroik ini mengakibatkan tewasnya 53 anggota PGT AURI termasuk komandan tim Letnan Dua (U) Manuhua.

Untuk memperkuat posisi tentara Indonesia di Irian Barat dilaksanakan operasi Jatayu pada 14 Agustus 1962 dengan rincian Kelompok Elang dibawah pimpinan Kapten (U) Radik Darsono diterjunkan di Sorong dan Kelompok Alap-alap dibawah pimpinan Letnan (U) Mahutappy.

Operasi penerjunan yang dianggap mustahil oleh pelbagai ahli perang selama Trikora, mengingat kondisi alam Papua yang amat berat ternyata berhasil dilaksanakan dengan baik oleh personil PGT

Beberapa kali penerjunan yang dilakukan PGT selama operasi Trikora di Kaimana, Fak Fak, Sorong, Klamono, Teminabuan, dan Merauke telah mengakibatkan gugurnya 94 orang prajurit.


Operasi Dwikora

Seperti halnya saat Trikora, pada saat operasi Dwikora PGT AURI juga menjadi pasukan yang pertama sekaligus menjadi pasukan dengan jumlah terbanyak yang diterjunkan ke wilayah Kalimantan Utara dan Malaysia.

Untuk pertama kalinya pada tanggal 17 Agustus 1964 sebanyak 17 personil PGT berhasil melakukan penerjunan di selatan Johor.

Dalam penerjunan di Labis dan Bontian, dekat Johor Baru pada tanggal 2 September 1964, pesawat C-130 Hercules yang diterbangkan Mayor (U) Djalaloedin Tantu bersama 7 awak pesawat jatuh ke selat Malaka. Sebuah sumber menyatakan bahwa kecelakaan pesawat Hercules yang melakukan terbang malam tersebut akibat terbang terlalu rendah untuk menghindari deteksi radar lawan. Letkol (U) Sugiri Sukani, Komandan Resimen PGT dan Letnan Satu (U) Suroso ada didalam pesawat malang tersebut. Unsur yang ikut tewas dalam peristiwa tersebut adalah 47 orang personil PGT dan 10 orang Cina Melayu, diantaranya adalah dua gadis. Sedangkan 2 Hercules lainnya berhasil menerjunkan pasukan PGT didaerah sasaran. Pasukan ini berjumlah 3 Peleton terdiri dari 1 Peleton dari Jakarta dan 2 Peleton dari Bandung.

Jumlah personil PGT yang gugur/hilang selama operasi Dwikora berjumlah 83 orang sedangkan yang tertangkap berjumlah 117 orang.


Operasi Seroja

Dalam Operasi Seroja, Kopasgat tidak berfungsi sebagai pasukan pemukul seperti yang dilakukan Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dalam penumpasan pemberontakan PRRI/Permesta, perjuangan Trikora dan Dwikora. Kopasgat yang terdiri dari Pengendali Tempur (Dalpur), Pengendali Pangkalan (Dallan) dan Satuan Tempur (Satpur) bertugas membentuk pangkalan udara operasi dan pengamanannya

Gelaran pertama Kopasgat terjadi tanggal 7 Desember 1974 saat 126 personil Detasemen-B Kopasgat yang dipimpin Kapten (Psk) Silaen diterjunkan dengan cara air landed di lapangan terbang Dili, selang dua hari pada 9 Desember 1974 delapan Hercules C-130 menerjunkan pasukan dari Yonif Linud-328 Kostrad, Grup-1 Kopassus, Yonif 401/Banteng Raiders dan 156 personil Kopasgat pada pukul 07.25 WIT. Tugas Kopasgat adalah membebaskan lapangan terbang Baucau, atau lebih populer dengan Villa Salazar dalam bahasa Portugis. Detasemen-A Kopasgat dipimpin Kapten (Psk) Afendi. Operasi ini sekaligus membuktikan kemampuan Kopasgat melaksanakan Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD)

Dalam operasi Seroja, Kopasgat bersama satuan tempur lainnya dari TNI-AD dan TNI-AL (Marinir) turut bertempur diberbagai medan mulai dari kota, hutan, pegunungan, perbukitan hingga ke wilayah pedalaman Timor-Timur untuk memburu gerombolan pengacau keamanan bersenjata.

Operasi sipil

Selain mengabdikan dirinya dalam tugas-tugas operasi militer, prajurit paskhas juga ikut berpartisipasi dalam misi kemanusiaan seperti operasi Tinumbala dan Tampomas penanggulangan bencana alam, Tentara Masuk Desa dan karya bakti TNI lainnya.

Misi perdamaian

Keterlibatan Paskhas dalam misi perdamaian di luar negeri di bawah bendera PBB seperti tergabung dalam:

* Kontingen Garuda di Vietnam,
* Kontingen Garuda XIV dibawah Unprofor di Yugoslavia,
* Kontingen Garuda XIV A-B di Bosnia,
* Kontingen Garuda XVII dibawah OKI di Filipina dan penugasan militer di luar negri lainnya.

ORGANISASI PASKHAS

Dalam perjalanan sejarahnya organisasi Korpaskhas mengalami perubahan, berawal dari kebutuhan Badan Keamanan Rakyat Udara (BKRO) untuk melindungi pangkalan udara yang direbut dari tentara Jepang terhadap serangan tentara Belanda. Setelah Indonesia merdeka sekaligus konsolidasi BKRO dibentuklah organisasi darat yaitu Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) yang masih bersifat lokal. Baru pada tahun 1950, PPP dipusatkan di Jakarta dengan sebutan Air Base Defence Troop (ABDT) membawahi 8 kompi PPP.

Pada tahun 1950 diadakan sekolah terjun payung di Lanud Andir dalam rangka mempersiapkan pembentukan pasukan PARA, hasil didik dari sekolah para inilah yang kemudian disusun kompi-kompi pasukan para. Setelah terbentuk kompi-kompi pasukan para, pada bulan Februari 1952 dibentuk Pasukan Gerak Tjepat (PGT) sehingga pada tahun 1952, Pasukan TNI AU terdiri dari PPP, PGT dan PSU (Penangkis Serangan Udara).

Dalam rangka pembebasan Irian Barat, sesuai perintah MEN/PANGAU dibentuk Resimen Tim Pertempuran Pasukan Gerak Tjepat (RTP PGT) yang melingkupi seluruh pasukan di atas.[3]

Komodor (U) RA Wiriadinata adalah komandan PGT pertama (1952) yang banyak membawa angin segar terhadap perkembangan pasukan payung di Indonesia terutama dalam tubuh AURI. Konsep PGT dari awal mulanya memang terkonsep pada kemampuan para dan komando. Beliau juga pernah menjadi Panglima Gabungan Pendidikan Paratroops (KOGABDIK PARA).

Pada masa pemerintahan Orde Lama, PGT AURI bersama KKO (Marinir) dikenal amat loyal dan setia terhadap Presiden Soekarno. Kedua pasukan elit ini bahkan dianggap menjadi “anak emas”nya Presiden Soekarno. Hingga saat detik-detik kejatuhan Presiden Soekarno, kedua pasukan ini tetap menunjukkan kesetiaannya pada Sang Proklamator tersebut.

[sunting] KOPPAU
Paskhas formasi pertahanan

Dan tanggal 15 Oktober 1962 berdasarkan Keputusan MEN / PANGAU No. 159 dibentuk Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOPPAU) yang terdiri dari markas Komando berkedudukan di Bandung, Resimen PPP di Jakarta dan Resimen PGT di Bandung. Resimen PPP membawahi 5 Batalyon masing-masing di Palembang, Banjarmasin, Makassar, Biak dan Jakarta sedangkan Resimen PGT membawahi 3 Batalyon masing-masing di Bogor, Bandung dan Jakarta.[3]

KOPASGAT

Bedasarkan hasil seminar pasukan di Bandung pada tanggal 11 s.d. 16 April 1966, sesuai dengan Keputusan MEN/PANGAU No. 45 Tahun 1966, tanggal 17 Mei 1966, KOPPAU disahkan menjadi Komando Pasukan Gerak Tjepat (KOPASGAT) yang terdiri dari 3 Resimen :

1. Resimen I Pasgat di Bandung, membawahi :
1. Batalyon A Pasgat di Bogor
2. Batalyon B Pasgat di Bandung
2. Resimen II Pasgat di Jakarta, membawahi :
1. Batalyon A Pasgat di Jakarta
2. Batalyon B Pasgat di Jakarta
3. Batalyon C Pasgat di Medan
4. Batalyon D Pasgat di Banjarmasin
3. Resimen III Pasgat di Surabaya, membawahi :
1. Batalyon A Pasgat di Makassar
2. Batalyon B Pasgat di Madiun
3. Batalyon C Pasgat di Surabaya
4. Batalyon D Pasgat di Biak
5. Batalyon E Pasgat di Yogyakarta

Selanjutnya bedasarkan Keputusan KASAU No. 57 Tanggal 1 Juli 1970, Resimen diganti menjadi WING.[3]

Di era nama Kopasgat – lah, korps baret jingga ini sangat terkenal. Bahkan PDL Sus Kopasgat bermotif macan tutul menjadi acuan pemakaian PDL TNI saat operasi Seroja

KILAS BALIK KORPASKHAS

Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Muhammad Noor mengajukan permintaan kepada AURI agar mengirimkan pasukan payung ke Kalimantan untuk tugas : membentuk dan menyusun gerilyawan, membantu perjuangan rakyat di kalimantan, membuka stasiun radio induk untuk memungkinkan hubungan antara yogyakarta dan kalimantan, dan mengusahakan serta menyempurnakan daerah penerjunan (Dropping Zone) untuk penerjunan selanjutnya.

Tanggal 17 Oktober 1947, tiga belas orang anggota diterjunkan di Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Mereka adalah : Harry Aryadi Sumantri, Iskandar, Sersan Mayor Kosasih, F.M.Suyoto, Bahrie, J.Bitak, C.Williem, Imanuel, Mika Amirudidn, Ali Akbar, M. Dahlan, J.H.Darius dan Marawi. Kesemuanya belum pernah mendapat pendidikan secara sempurna kecuali mendapatkan pelajaran teori dan latihan di darat (Ground Training). Pasukan ini dipimpin oleh Tjilik Riwut, seorang Mayor Angkatan Darat, yang berasal dari suku Dayak kelahiran Kasongan Katingan ( Kalteng saat ini). Dia diminta oleh AURI sebagai penunjuk jalan sekaligus memimpin pasukan tersebut. Atas jasa-jasanya Tjilik Riwut diangkat menjadi anggota AURI dan pensiun dengan pangkat Komodor Udara.

Peristiwa Penerjunan yang dilakukan oleh ke tiga belas prajurit AURI tersebut merupakan peristiwa yang menandai lahirnya satuan tempur pasukan khas TNI Angkatan Udara. Dan sesuai keputusan MEN/PANGAU No.54 Tahun 1967, tanggal 12 Oktober 1967. Bahwa tanggal 17 Oktober 1947 ditetapkan sebagai hari jadi Komando Pasukan Gerak Cepat (KOPASGAT) yang sekarang dikenal dengan Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (KORPASKHAS)

Korps Pasukan Khas TNI AU

Korps Pasukan Khas TNI AU, disingkat Korpaskhasau, merupakan pasukan (khusus) yang dimiliki TNI AU. Sama seperti satuan lainnya di TNI AD dan TNI AL, Paskhas merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga matra: laut, darat, udara. Hanya saja dalam operasi, tugas dan tanggungjawab, Paskhas lebih ditujukan untuk merebut dan mempertahankan pangkalan udara dari serangan musuh, untuk selanjutnya menyiapkan bagi pendaratan pesawat teman. Kemampuan satu ini disebut Operasi Pembentukan dan Pengoperasi Pangkalan Udara Depan (OP3UD).

Sejarah Paskhas sebagai pasukan payung pertama hampir setua Republik Indonesia ini. Operasi penyusupan lewat udara oleh 14 paratroops pada 17 Oktober 1947 di Kotawaringin, Kalimantan, ditandai sebagai hari keramat kelahiran Paskhas. Di awal usia TNI AU (lahir 9 April 1946), pasukan payung ini disebut Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP). April 1952, kekuatan AURI diperkuat dengan dibentuk lagi Pasukan Gerak Tjepat (PGT).

Hingga pada tahun tersebut, pasukan TNI AU terdiri dari PPP, PGT dan PSU (Penangkis Serangan Udara). Lebih lanjut pada 15 Oktober 1962, dibetuk Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOPPAU) yang membawahi resimen PPP dan PGT. Pergantian KOPPAU menjadi Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Tjepat) disahkan pada 17 Mei 1966. Saat itu kekuatan Kopasgat mencapai tiga resimen (Bandung, Jakarta, Surabaya). Adapun perubahan menjadi Pusat Pasukan Khas disahkan pada 11 Maret 1985 sebelum akhirnya menjadi Korpaskhasau lewat Surat Keputusan Panglima ABRI tertanggal 7 Juli 1997.

Paskhas saat ini berkekuatan 3.000 personel. Terbatasnya dukungan dana dari pemerintah memang jadi kendala untuk memodernisasi Paskhas. Dari segi persenjataan saja, prajurit Paskhas hanya mengandalkan persenjataam macam senapan serbu SS-1 dan senapan mesin ringan Scorpion sebagai perlengkapan unit anti teroris Detasemen Bravo.

Namun begitu, rencana mengembangkan Paskhas menjadi 10 Skadron dengan jumlah personel dua kali lipat dari sekarang, tetap menjadi 'energi' bagi Paskhas untuk terus membenahi diri. Setidaknya sampai saat ini, pola penempatan Paskhas masih mengikuti pola penggelaran alutsista TNI AU, dalam hal ini pesawat terbang. Dengan kata lain, di mana ada skadron udara, di situ (idealnya) mesti ada skadron Paskhas sebagai unit pengamanan pangkalan.

TNI AU Operasikan Batalyon 467 Paskhas

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Subandrio meresmikan Batalyon 467 Pasukan Khas (Paskhas) Hardha Dedali TNI Angkatan Udara di Lapangan Wing I Paskhas, Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Dengan diresmikannya Batalyon 467 ini maka di jajaran Korpaskhas telah memiliki tujuh Batalyon Paskhas atau tujuh batalyon. Berdasarkan postur TNI Angkatan Udara, menurut KSAU Marsekal TNI Subandrio rencananya jumlah Batalyon Paskhas akan ditambah menjadi sepuluh batalyon.


"Berdasarkan potur TNI Angkatan Udara, rencananya jumlah batalyon paskhas akan ditambah menjadi sepuluh batalyon. Saat ini sudah ada tujuh batalyon. Sisanya satu batalyon akan dibuat di Biak, satu batalyon di Medan, dan satu batalyon kalau tidak di Yogyakarta ya di Kupang," ujarnya.

Menurut Subandrio, penambahan jumlah Batalyon Paskhas dilakukan secara bertahap dikarenakan persoalan pendanaan serta jumlah personil yang sampai saat ini terus disiapkan. "Hingga saat ini Flight C masih terus melakukan pendidikan. Setiap tahun maksimal empat ratus orang dididik di sini