Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net
Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net
Add to Technorati Favorites

Masukan Email Anda Untuk Berlanggan Update Berita Terbaru

Delivered by FeedBurner

Komentar Terbaru

Powered by Blogger.

ShoutMix chat widget
"Wellcome" to Indobatt-community
My Profil
Nama:Lutfieadi
Satuan:Korpaskhas
TNI-AU
Email:
Cakrageneration
@yahoo.com
Thank's For
All My Best
Friend's
GARUDA XXIII/B
UNIFIL 08-09
Salju abadi
Lebanon
Thank's of all
GOOD LUCK

Join My Community at MyBloglog!
Monday 22 March 2010
DISPENAU (30/6) - Asisten Operasi (Asops) Kasau Marsekal Muda TNI Edy Harjoko, Kamis (26/6) di ruang Puskodal Mabesau memimpin rapat evaluasi Latgab TNI 2008 dari unsur TNI Angkatan Udara, dihadiri Pangkoopsau II Marsekal Muda TNI Yushan Sayuti, Gubernur AAU Marsekal Muda TNI Imam Sufaat, Komandan Seskoau Marsekal Muda TNI Yunianto, pejabat Mabesau serta para Komandan Lanud yang terlibat dalam Latgab TNI 2008.

Asops Kasau Marsekal Muda TNI Edy Harjoko menyatakan, secara umum Latgab TNI berjalan sesuai rencana dan berlangsung aman sehingga Presiden dan pimpinan TNI serta seluruh lapisan masyarakat telah mengakui eksistensi TNI khususnya TNI Angkatan Udara.

"Kegiatan ini sebagai bahan evaluasi Latgab TNI 2008 oleh Mabes TNI dalam waktu dekat ini, diharapkan hasil rapat tersebut menjadi evaluasi kegiatan serupa bagi TNI Angkatan Udara dimasa mendatang",tegasnya.

Dikatakan, dalam pelaksanaan Latgab yang berjalan lancar tersebut Presiden menyaksikan secara langsung serta menerima paparan tentang Latgab. Meskipun diantara setiap satuan ada permasalahan yang terjadi namun semua itu bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat TNI AU.

Pada saat itu para pelaku Latgab TNI unsur TNI AU memberi paparan seperti Pangkoopsau II Marsekal Muda TNI Yushan Sayuti sebagai Pangkogasud, Irops Itjenau Marsekal Pertama TNI Sukarto dari Tim Evaluasi, Kolonel Pnb Mawardi dari Tim Penilai, Kolonel Pnb Sudipo Handoyo dari Wasdal yang dilanjutkan dengan diskusi.


Saturday 22 November 2008

Sayap Buatan untuk Pasukan Khusus

Akurat, kedap suara dan tersembunyi.
Terbetik berita, bahwa sayap keras yang memiliki fungsi tersembunyi ini khusus dikembangkan oleh perusahaan ESG Jerman untuk pasukan khusus. Sayap yang diciptakan ini mirip dengan sepasang sayap pesawat selebar 6 kaki, dapat memungkinkan penerjun meluncur atau terbang dengan kecepatann maksimum 120 mil/jam, dan dapat mengangkut peralatan seberat 200 pon.

Produsen sayap buatan ini menyebutkan, bahwa sayap ESG memiliki kemampuan “100 % kedap suara”, “sangat sulit” dilacak oleh radar. Dan menurut penuturan ESG, bahwa pada pengembangan berikutnya sayap itu akan “dipasang suatu alat turbojet kecil”, dengan maksud lebih memperluas jangkauan geraknya.

Seorang pelopor terjun bebas asal Austria pernah mendemonstrasikan teknik yang menakjubkan ini. Dia terjun dari atas pesawat pada ketinggian 3000 mil di angkasa, dan 12 menit kemudian mendarat dengan selamat di dekat kota pelabuhan utara Perancis.

Ketika itu dia mengenakan setelan kinetik udara, memikul dan menambatkan sebuah sayap selebar 6 kaki, dia terbang melintasi laut dengan kecepatan 220 mil/jam, dan setiap maju 6 kaki di angkasa dia meluncur turun 1 kaki secara vertical. Saat berjarak di ketinggian 1000 kaki dari permukaan bumi, dia membuka parasutnya dan mendarat dengan selamat.

Pasukan khusus semakin kuat
Kini, para ilmuwan menyadari sayap kontak ini memiliki “potensi yang penting” dalam melaksanakan misi rahasia militer. Saat ini, pasukan khusus seperti angkatan udara kerajaan Inggris (SAS) masih mengandalkan berbagai macam teknik terjun payung, yaitu saat mendarat di posisi belakang musuh mungkin harus menerjunkan pasukannya melalui helikopter.

Dengan penggunaan sayap buatan ini, pasukan khusus yang memakai “sayap kontak” model ikat ini bisa diterjunkan ke daerah belakang musuh dengan lebih mudah. Sayap tunggal yang berserat karbon ringan ini dapat menerjunkan pasukan khusus dari ketinggian, meluncur dengan kecepatan 120 mil/jam, dapat mendarat dengan aman dalam keadaan nyaris tidak akan diketahui musuh.

Dengan bantuan persediaan oksigen, alat stabilisasi dan navigasi, pasukan khusus yang memakai sayap tetap ini dapat terjun ke daerah yang agak jauh dari garis musuh atau terjun dari atas sebuah pesawat angkut dari atas. Lagipula, pesawat bisa terbang mengikuti jalur penerbangan niaga, bisa terhindar dari pengamatan atau dicurigai musuh. Karena pesawat dapat terbang di luar jarak target musuh, sehingga dengan demikian, pasukan-pasukan khusus yang memakai “sayap kontak” yang didrop atau diterjunkan ini sangat aman.

Sejarah Paskhas

Sejarah Paskhas sebagai pasukan payung pertama hampir setua Republik Indonesia ini. Operasi penyusupan lewat udara oleh 14 paratroops pada 17 Oktober 1947 di Kotawaringin, Kalimantan, ditandai sebagai hari keramat kelahiran Paskhas.

Di awal usia TNI AU (lahir 9 April 1946), pasukan payung ini disebut Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP). April 1952, kekuatan AURI diperkuat dengan dibentuk lagi Pasukan Gerak Tjepat (PGT).

Hingga pada tahun tersebut, pasukan TNI AU terdiri dari PPP, PGT dan PSU (Penangkis Serangan Udara). Lebih lanjut pada 15 Oktober 1962, dibetuk Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOPPAU) yang membawahi resimen PPP dan PGT. Pergantian KOPPAU menjadi Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Tjepat) disahkan pada 17 Mei 1966. Saat itu kekuatan Kopasgat mencapai tiga resimen (Bandung, Jakarta, Surabaya). Adapun perubahan menjadi Pusat Pasukan Khas disahkan pada 11 Maret 1985 sebelum akhirnya menjadi Korpaskhasau lewat Surat Keputusan Panglima ABRI tertanggal 7 Juli 1997.

Paskhas saat ini berkekuatan 3.000 personel. Terbatasnya dukungan dana dari pemerintah memang jadi kendala untuk memodernisasi Paskhas. Dari segi persenjataan saja, prajurit Paskhas hanya mengandalkan persenjataam macam senapan serbu SS-1 dan senapan mesin ringan Scorpion sebagai perlengkapan unit anti teroris Detasemen Bravo.
Namun begitu, rencana mengembangkan Paskhas menjadi 10 Skadron dengan jumlah personel dua kali lipat dari sekarang, tetap menjadi 'energi' bagi Paskhas untuk terus membenahi diri. Setidaknya sampai saat ini, pola penempatan Paskhas masih mengikuti pola penggelaran alutsista TNI AU, dalam hal ini pesawat terbang. Dengan kata lain, di mana ada skadron udara, di situ (idealnya) mesti ada skadron Paskhas sebagai unit pengamanan pangkalan.

Sosok US Navy Seal

Cerita ketrengginasan sosok yang pernah di perankan oleh Charlie Sheen di film Hollywood Navy Seal(1990), dari sinilah awalnya.
Mulanya pelatihan dibuka untuk semua personel aktif. mulai dari yang berdinas di fleet, service school dan boot camp. Lolos dari serangan pertama, siswa digiring ke tahap pra kondisi dan indoktrinasi total 2 minggu. selanjutnya pemusatan latihan dilakukan di BUD/S, yang terdiri dari 3 fase.

Fase pertama basic conditioning. Dalam pendidikan selama 8 minggu ini, materi utama adalah pembinaan fisik dan mental. seperti lari tiap akhir minggu dengan sepatu boot sejauh empat mil, lari halang rintang, dan renang laut 2 mil. Perahu kecil yang jadi kendaraan air pasukan yang pernah mendapat Men with gree face dalam perang Vietnam ini.

Empat minggu pertama ini baru permulaan. mereka sesungguhnya disiapkan memasuki minggu kelima alias Hell week. Fisik dan mental mereka dibantai, jam tidur tak lebih dari empat jam, apa tjuannya? Hanya membuktikan bahwa manusia mampu melakukan 10 kali lebih banyak pekerjaan dari yang mereka pikirkan. Jika tak sanggup silahkan pukul lonceng. Namun untuk tujuan akhir adalah team work.

Menginjak fase kedua, diving. Fase ini ditempatkan di combat SCUBA (Self Contained Underwater Breathing Apparatus) Ada dua tipe scuba : sirkuit terbuka (Compressed air) dan sirkuit tertutup (100 persen oksigen). Pelatihan 7 minggu ini ditujukan untuk memperkenalkan kemampuan pertempuran bawah air (Combat diver) yang jadi andalan SEAL.

Tahapan berakhir pada fase terakhir dengan materi land warface. Materi berkisar pada demolition. reconnaissence serta weapon and tactics. Tekanan fisik semakin berat dan pencapaian minimum ditekankan untuk lari, renang dan halang rintang. Konsentrasi diberikan untuk mempelajari navigasi darat, taktis unit kecil, rappelling, kendaraan militer dan peledakan bawah air, serta latihan pemakaian senjata.
Fase ini ditutup dipulau San Clement, California. Ditempat ini, latihan lebih diarahkan mendekati kenyataan dan kesempatan siswa mempraktekan teori yang sudah diterimanya selama 15 minggu.

Penderitaan belum berakhir bagi siswa. Tiga minggu berikutnya mereka dikirim ke Army Airbone School di Fort Benning, Georgia. Apalagi kalau bukan mendalami dasar-dasar terjun payung militer. Personel yang dinyatakan lulus, meneruskan ke Special Operation Technicians Training di NSCW.
Tak melulu dar der dor, mereka juga diikutkan pelatihan kesehatan khusus selam.Ditotal dengan lain-lainnya, ada 30 minggu pelatihan diberikan kepada calon anggota SEAL.

Setelah diterima dan melewati masa percobaan enam bulan, personel yang diterima dianugerahi SEAL NEC (Naval Enlisted Classification) Code dan lencana Naval Special Warfare. Personel baru ini masih harus melewati 2-3 tahun di SDV (SEAL Delivery Vehicle) atau SEAL Team. tahap selanjutnya mereka masih mengikuti pelatihan tambahan, hingga merampungkan penugasan 5 tahun didarat.

Kursus tingkat lanjut bisa berupa sniper, supervisor selam, latihan bahasa, dan komunikasi taktis SEAL. Dengan tugas berat menghadang dimata, betulkah mereka mendapat tunjangan yang menggiurkan ? silahkan hitung sendiri tunjangan yang mereka terima perbulan : tunjangan selam $175, tunjangan SDV $200, tunjangan HALO $165, dan tunjangan tugas khusus $110 total mereka terima diluar gaji $650

Detasemen Jala Mengkara

Pada tahap pertama, direkrut 70 personel dari Intai Amfibi (Taifib) dan Pasukan Katak (Paska). Komando dan pengendalian pembinaan di bawah Panglima Armada Barat dengan asistensi Komandan Korps Marinir. KSAL bertindak selaku pengendali operasional. Markas ditetapkan di Mako Armabar.

Melihat perkembangan dan kebutuhan satuan khusus ini, KSAL menyurati Panglima TNI yang isinya berkisar keinginan membentuk Detasemen Jala Mangkara. Panglima ABRI menyetujui dan sejak itu (13-11-1984), Denjaka menjadi satuan Antiteror Aspek Laut.

Merunut keputusan KSAL, Denjaka adalah komando pelaksana Kormar yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan kemampuan dan kekuatan dalam rangka melaksanakan operasi antiteror, antisabotase, dan klandesten aspek laut atas perintah Panglima TNI.

Pola rekrutmen Denjaka dimulai sejak pendidikan para dan komando. Selangkah sebelum masuk ke Denjaka, prajurit terpilih mesti sudah berkualifikasi Intai Amfibi. Dalam menjalankan aksinya, satuan khusus ini dapat digerakkan menuju sasaran baik lewat permukaan/bawah laut maupun lewat udara. TNI AL masih memiliki satu pasukan khusus lagi, yaitu Komando Pasukan Katak (Kopaska). Kedua satuan pernah beberapa kali melakukan latihan gabungan dengan US Navy SEAL.

Sekilas Tentang Marinir

Kormar berperan aktif dalam berbagai operasi militer di Indonesia. Salah satu operasi amfibi militer terbesar yang pernah terjadi adalah Operasi Jayawijaya, yakni operasi pendaratan puluhan ribu pasukan TNI di Irian Barat dalam Operasi Trikora awal dasawarsa 1960-an.

Pada tahun 1999 muncul rencana untuk memekarkan Kormar dari jumlahnya yang sekitar 13.000 personel sekarang. Menurut rencana ini, tiap markas Kormar akan memiliki tiga brigade tempur, yaitu Brigade Infanteri, Brigade Kavaleri, dan Brigade Artileri, dengan dibantu oleh satu resimen Bantuan Tempur dan satu resimen Bantuan Administrasi. Markas Kormar akan ditambah satu sehingga menjadi tiga lokasi: Surabaya untuk bagian Timur, Jakarta untuk bagian Tengah, dan Pulau Rate di Lampung untuk bagian Barat. Pemekaran ini akan menambah jumlah pasukan Kormar menjadi 23.000 personel.

Batalyon intai amfibi

Yontaifib adalah satuan elite dalam Korps Marinir, seperti halnya Kopassus dalam jajaran TNI-AD. Di masa lalu satuan ini dikenal dengan nama Kipam (Komando Intai Para Amfibi). Bagi prajurit marinir biasa, bila ingin memperoleh kualifikasi (brevet) intai amfibi, tentu harus lolos seleksi lebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan mengikuti program latihan tambahan selama sembilan bulan, yang kurikulumnya jauh lebih berat. Brevet intai amfibi kira-kira sama kelasnya dengan brevet Komando dalam Kopassus.

Untuk menjadi anggota Yontaifib, calon diseleksi dari prajurit marinir yang memenuhi persyaratan mental, fisik, kesehatan, dan telah berdinas aktif minimal dua tahun.


Bukti beratnya memperoleh kualifikasi intai amfibi, bisa dilihat dari pengalaman selama ini, bahwa tingkat keberhasilan calon anggota memperoleh brevet intai amfibi hanyalah sepuluh persen.
Artinya, dari 500 siswa yang mengikuti pelatihan, paling hanya sekitar 50 siswa yang lulus, dan berhak memperoleh brevet intai amfibi.

Salah satu program latihan yang mendebarkan bagi siswa pendidikan intai amfibi, adalah berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat, sejauh 3 km. Karena kedua tangan dan kaki terikat, maka cara berenangnya mengikuti gaya lumba-lumba. Renang gaya lumba-lumba ini sebagai antisipasi, bila suatu saat anggota ditawan musuh.

Kemampuan renang gaya lumba-lumba dapat digunakan sebagai salah satu cara meloloskan diri. Ide pelatihan ini berasal dari pengalaman pasukan elite Amerika (SEAL), yang ditawan pihak lawan saat Perang Vietnam dulu, namun tetap bisa meloloskan diri, dengan berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat.